MANUSIA SEPERTI KALIAN.

Leave a comment

May 7, 2023 by Islam saja

APA MAKSUD بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ MENURUT ANDA?

Salaamun ‘alaikum.

Menurut saya salah satu penyebab diantara banyak penyebab kenapa saya (yang memang bukan siapa²) berbeda paham dengan muslim mayoritas (aswaja dan syiah) adalah bahwa saya memahami makna salah satu frasa di alquran, yaitu frasa بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ (manusia seperti kalian) itu adalah bahwa Nabi/ Rasul itu memang benar² manusia seperti kita semua, alias manusia normal biasa.

Pemahaman saya ini saya simpulkan dari ayat² berikut:

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

قَا لَتْ لَهُمْ رُسُلُهُمْ اِنْ نَّحْنُ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ وَلٰـكِنَّ اللّٰهَ يَمُنُّ عَلٰى مَنْ يَّشَآءُ مِنْ عِبَا دِهٖ ۗ وَمَا كَا نَ لَنَاۤ اَنْ نَّأْتِيَكُمْ بِسُلْطٰنٍ اِلَّا بِاِ ذْنِ اللّٰهِ ۗ وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ

“Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka, “Kami hanyalah manusia SEPERTI KALIAN, tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Tidak pantas bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kalian melainkan dengan izin Allah. Dan hanya kepada Allah saja hendaknya orang yang beriman bertawakal.”
(QS. Ibrahim 14: Ayat 11)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

قُلْ اِنَّمَاۤ اَنَاۡ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰۤى اِلَيَّ اَنَّمَاۤ اِلٰهُكُمْ اِلٰـهٌ وَّا حِدٌ ۚ فَمَنْ كَا نَ يَرْجُوْا لِقَآءَ رَبِّهٖ فَلْيَـعْمَلْ عَمَلًا صَا لِحًـاوَّلَايُشْرِكْ بِعِبَا دَةِ رَبِّهٖۤ اَحَدًا

“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia SEPERTI KALIAN, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia menyekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.”
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 110)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

قُلْ اِنَّمَاۤ اَنَاۡ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰۤى اِلَيَّ اَنَّمَاۤ اِلٰهُكُمْ اِلٰـهٌ وَّا حِدٌ فَا سْتَقِيْمُوْۤا اِلَيْهِ وَا سْتَغْفِرُوْهُ ۗ وَوَيْلٌ لِّلْمُشْرِكِيْنَ

“Katakanlah (Muhammad), “Aku ini hanyalah seorang manusia SEPERTI KALIAN, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu tetaplah kalian teguh kepada-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Dan celakalah bagi orang-orang yang menyekutukan-(Nya),”
(QS. Fussilat 41: Ayat 6)

NAH APA MAKSUD DARI “MANUSIA SEPERTI KALIAN” ITU?

Saya memahami frasa بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ itu bahwa yang membedakan antara Nabi/ Rasul dengan manusia lain yg bukan Nabi/ Rasul (misalnya kita-kita ini) hanyalah dalam hal bahwa Nabi/ Rasul itu MENERIMA WAHYU langsung, sedangkan kita-kita ini menerima wahyu secara tidak langsung, yaitu lewat baca buku alquran atau diajarkan alquran oleh orang lain secara estafet berabad-abad dan ujungnya berasal dari Nabi.

Nah selain dalam hal menerima wahyu ini, kita dan Nabi itu sama dari sisi kemanusiannya.

Berikut ayat-ayat tambahan yang menggiring saya pada kesimpulan tersebut:

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَقَا لَ الْمَلَاُ مِنْ قَوْمِهِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَكَذَّبُوْا بِلِقَآءِ الْاٰ خِرَةِ وَاَ تْرَفْنٰهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۙ مَا هٰذَاۤ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ ۙ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُوْنَ مِنْهُ وَيَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُوْنَ

“Dan berkatalah para pemuka orang kafir dari kaumnya dan yang mendustakan pertemuan hari akhirat serta mereka yang telah Kami beri kemewahan dan kesenangan dalam kehidupan di dunia, “(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kalian, dia makan apa yang kalian makan, dan dia minum apa yang kalian minum.””
(QS. Al-Mu’minun 23: Ayat 33)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَمَاۤ اَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ اِلَّاۤ اِنَّهُمْ لَيَأْكُلُوْنَ الطَّعَا مَ وَيَمْشُوْنَ فِى الْاَ سْوَا قِ ۗ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً ۗ اَتَصْبِرُوْنَ ۚ وَكَا نَ رَبُّكَ بَصِيْرًا

“Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan mereka pasti memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan Kami jadikan sebagian kalian sebagai cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kalian bersabar? Dan Tuhan kqmu Maha Melihat.”
(QS. Al-Furqan 25: Ayat 20)

Nabi juga ketakutan:

فَاَ صْبَحَ فِى الْمَدِيْنَةِ خَآئِفًا يَّتَرَقَّبُ فَاِ ذَا الَّذِى اسْتَـنْصَرَهٗ بِا لْاَ مْسِ يَسْتَصْرِخُهٗ ۗ قَا لَ لَهٗ مُوْسٰۤى اِنَّكَ لَـغَوِيٌّ مُّبِيْنٌ

“Karena itu, dia (Musa) menjadi ketakutan berada di kota itu sambil menunggu (akibat perbuatannya), tiba-tiba orang yang kemarin meminta pertolongan berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya, “Engkau sungguh, orang yang nyata-nyata sesat.””
(QS. Al-Qasas 28: Ayat 18)

وَاَ لْقِ عَصَا كَ ۗ فَلَمَّا رَاٰ هَا تَهْتَزُّ كَاَ نَّهَا جَآ نٌّ وَّلّٰى مُدْبِرًا وَّلَمْ يُعَقِّبْ ۗ يٰمُوْسٰى لَا تَخَفْ ۗ اِنِّيْ لَا يَخَا فُ لَدَيَّ الْمُرْسَلُوْنَ

“dan lemparkanlah tongkatmu!” Maka ketika (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seperti seekor ular yang gesit, larilah dia berbalik ke belakang tanpa menoleh. “Wahai Musa! Jangan takut! Sesungguhnya di hadapan-Ku, para rasul tidak perlu takut,”
(QS. An-Naml 27: Ayat 10)

Marah Nabi Yunus yang tidak pada tempatnya:

فَا صْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تَكُنْ كَصَا حِبِ الْحُوْتِ ۘ اِذْ نَا دٰى وَهُوَ مَكْظُوْمٌ

“Maka bersabarlah engkau (Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah engkau seperti (Yunus) orang yang berada dalam (perut) ikan ketika dia berdoa dengan hati sedih.”
(QS. Al-Qalam 68: Ayat 48)

وَ ذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَا ضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّـقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَا دٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّاۤ اِلٰهَ اِلَّاۤ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, “Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.””
(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 87)

SALAH MENGAMBIL KEPUTUSAN

مَا كَا نَ لِنَبِيٍّ اَنْ يَّكُوْنَ لَهٗۤ اَسْرٰى حَتّٰى يُثْخِنَ فِى الْاَ رْضِ ۗ تُرِيْدُوْنَ عَرَضَ الدُّنْيَا ۖ وَا للّٰهُ يُرِيْدُ الْاٰ خِرَةَ ۗ وَا للّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

“Tidaklah pantas, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum dia dapat melumpuhkan musuhnya di Bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”
(QS. Al-Anfal 8: Ayat 67)

Hampir menyimpang:

وَاِ نْ كَا دُوْا لَيَـفْتِنُوْنَكَ عَنِ الَّذِيْۤ اَوْحَيْنَاۤ اِلَيْكَ لِتَفْتَرِيَ عَلَيْنَا غَيْرَهٗ ۖ وَاِ ذًا لَّا تَّخَذُوْكَ خَلِيْلًا
“Dan mereka hampir memalingkan engkau (Muhammad) dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar engkau mengada-ada yang lain terhadap Kami; dan jika demikian tentu mereka menjadikan engkau sahabat yang setia.”
(QS. Al-Isra’ 17: Ayat 73)

وَلَوْلَاۤ اَنْ ثَبَّتْنٰكَ لَقَدْ كِدْتَّ تَرْكَنُ اِلَيْهِمْ شَيْـئًـا قَلِيْلًا
“Dan sekiranya Kami tidak memperteguh (hati)mu, niscaya engkau hampir saja condong sedikit kepada mereka,”
(QS. Al-Isra’ 17: Ayat 74)

اِذًا لَّاَذَقْنٰكَ ضِعْفَ الْحَيٰوةِ وَضِعْفَ الْمَمَا تِ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَـكَ عَلَيْنَا نَصِيْرًا
“jika demikian, tentu akan Kami rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan berlipat ganda setelah mati, dan engkau (Muhammad) tidak akan mendapat seorang penolong pun terhadap Kami.”
(QS. Al-Isra’ 17: Ayat 75)

Ditegur karena mengharamkan yg halal.

يٰۤاَ يُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَاۤ اَحَلَّ اللّٰهُ لَـكَ ۚ تَبْتَغِيْ مَرْضَا تَ اَزْوَا جِكَ ۗ وَا للّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu? Engkau ingin menyenangkan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
(QS. At-Tahrim 66: Ayat 1)

Salah menetapkan prioritas:

Baca Surah ‘Abasa (80) ayat 1 – 11.

فَاَ نْتَ عَنْهُ تَلَهّٰى 
“engkau (Muhammad) malah mengabaikannya.”
(QS. ‘Abasa 80: Ayat 10)

ANCAMAN KERAS KEPADA NABI

وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْاَ قَاوِيْلِ

“Dan sekiranya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami,”
(QS. Al-Haqqah 69: Ayat 44)

لَاَ خَذْنَا مِنْهُ بِا لْيَمِيْنِ

“pasti Kami pegang dia pada tangan kanannya.”
(QS. Al-Haqqah 69: Ayat 45)

ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِيْنَ
“Kemudian Kami potong pembuluh jantungnya.”
(QS. Al-Haqqah 69: Ayat 46)

NABI TIDAK AKAN MENAMBAH/ MENGURANGI WAHYU:

Ayat 69: 44-46 ini juga merupakan jaminan bahwa Nabi tidak mungkin salah dalam menyampaikan wahyu dan juga menyiratkan bahwa Nabi tidak akan menambah dan mengurangi wahyu.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَا تَصِفُ اَلْسِنَـتُكُمُ الْكَذِبَ هٰذَا حَلٰلٌ وَّهٰذَا حَرَا مٌ لِّـتَفْتَرُوْا عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَ ۗ اِنَّ الَّذِيْنَ يَفْتَرُوْنَ عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُوْنَ

“Dan janganlah kalian mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidah kalian secara dusta “Ini halal dan ini haram,” untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak akan beruntung.”
(QS. An-Nahl 16: Ayat 116)

KESIMPULAN.

Dengan demikian, Nabi/ Rasul itu akan mengandalkan kemampuan dirinya SEBAGAI MANUSIA setelah menerima wahyu, yaitu harus berikhtiyar memahami wahyu tsb dan berikhtiyar mengamalkannya. Dan kita pun harus seperti itu.

Allahu ‘a’lam.

Leave a comment

Kategori Bahasan

File