XXII. KRITIK TERHADAP TANDA-TANDA MUNCULNYA MAHDI

4

June 16, 2011 by Islam saja

Meski kurangnya justifikasi yang nyata tentang doktrin okultasi, para pendukungnya menjelaskannya dengan cara mengungkapkan tentang upaya otoritas Abbasiyah yang menyelidiki dan mencari Imam Mahdi untuk menahannya. Namun, pada saat yang sama mereka menyampaikan bahwa Imam Mahdi bersembunyi di rumah ayahnya di pusat kota kekhalifahan Abbasiah (Samirra’i) untuk waktu yang lama, yang mana hal ini bertentangan dengan filsafat kebijaksanaan di balik ghoibah (kalau memang benar-benar terjadi), yaitu kekhawatiran dan berpura-pura (taqiyyah). Karena, jika keberadaan mahdi memang nyata, maka dia seharusnya pindah pergi menjauh dari cengkraman kekuasaan Abbasiah dan bersembunyi di daerah terpencil di negeri tersebut.

Karena doktrin okultasi (ghoybah), khususnya yang terlalu lama, bertentangan dengan filosofi Imamah, yang pada awalnya diyakini sekitar enam hari atau enam bulan atau enam tahun, maka setelah itu mereka mengubahnya menjadi menjadi tiga puluh tahun atau empat puluh tahun atau seratus dua puluh tahun, menurut berbagai hadits yang dikutip oleh al-Tusi dalam Al-Ghoybah hal. 76-78.

Periode okultasi tidak pernah bisa dibayangkan melebihi jangka waktu kehidupan manusia normal. Itulah mengapa Syekh Saduq (dalam Ikmal al-Din) telah menolak klaim Al-Waqifiyyah yang mengatakan terjadinya ghoybah Imam Musa al-Kadhim, karena pada abad keempat AH masa hidup Imam Musa telah melebihi kehidupan alamiah manusia normal, yaitu usia beliau pada saat itu (jika hidup dalam persembunyiannya) telah mencapai sekitar 200 (dua ratus) tahun.

Bagaimanapun, hadits-hadits yang berbicara tentang tanda-tanda kemunculannya, merupakan bukti lebih lanjut untuk menilai sejauh mana validitas dari doktrin kemahdian Imam Muhammad bin Hasan al-Askari), karena pada zaman itu mereka menyebutkan bahwa Mahdi akan muncul setelah jatuhnya dinasti Umayyah, dan membalas dendam kekejaman Bani Umayyah. Mereka juga menyebutkan bahwa Mahdi akan muncul di era Abbasiyah, atau pada atau akhir dari era tersebut, karena adanya konflik internal Abbasiah di antara mereka sendiri. Dan menurut hadits-hadits lain yang disebutkan oleh al-Tusi dan Numani dan Kulayni, Mahdi akan muncul setelah terbunuhnya Dhu al-Nafs al-Zakiyya (Muhammad bin Abdullah bin Hassan bin Ali bin Abu Tholib).

Beberapa hadits mengungkapkan bahwa Mahdi harus menaklukkan Konstantinopel, yang telah lolos dari kendali umat Islam selama berabad-abad, dan akan menaklukkan Daylam, Sindh dan India, Kabul dan Al-Khizr. Semua peristiwa penting ini telah terjadi tetapi pada kenyataannya Mahdi yang dijanjikan itu tidak pernah muncul. Jadi, semua ini menunjukkan dhaifnya ahadits tersebut atau berkaitan dengan lemahnya kredibilitas orang yang melaporkan.

Beberapa hadits juga melaporkan hal-hal yang aneh yang tidak akan mungkin terjadi hingga hari kiamat atau setelah kehancurannya. Ahadits itu berisi tentang hilangnya cahaya matahari dan terbitnya dari arah barat, lama sehari hingga 240 jam dan bangkinya orang mati dari kuburan mereka, yang benar-benar tidak mungkin terjadi pada saat munculnya Mahdi, yang mana hal itu mungkin terjadi pada hari kiamat.

Beberapa ahadits berbicara tentang keajaiban teknologi seperti berbicara dengan Al-Qo’im (yang akan muncul) dan melihatnya dari jauh (layaknya perangkat siaran langsung televisi melalui satelit) yang justru perangkat seperti ini telah terjadi pada zaman ini dan sudah terlanjur tidak di tangan Qaim, yang mencegah kita untuk menganggapnya sebagai mukjizat mukjizat (Mahdi).

Sementara yang lain menyebutkan tentang kejadian di luar kejadian normal yang tidak sesuai dengan hukum alam (sunnatullah), seperti lelaki yang melahirkan anak bukannya wanita, setiap darinya melahirkan ribuan anak, sebagaimana yang dinyatakan oleh Mufid.

Patut disebutkan bahwa semua ahadits berkaitan dengan hal ini adalah ahadits yang sanadnya terputus atau ditrasmisikan oleh orang yang tidak dikenal, ghullat dan para pemalsu hadits. Mereka juga tidak pernah menyebutkan identitas Mahdi secara khusus, tetapi menyebutkannya secara umum. Hal ini memberikan kesan bahwa ahadits tersebut mungkin telah dikembangkan atau diciptakan oleh gerakan Mahdiism sebelumnya pada abad pertama Hijriah, yang oleh karena itu merupakan bukti tambahan bahwa doktrin kemahdian telah berevolusi seiring dengan berjalannya waktu, yang kemudian dipakai oleh para pendukung doktri kemahdian dari Muhammad bin Hasan al-Askari dengan menerapkan/ menggunakan ahadits palsu zaman dahulu ketika membicarakan Muhammad bin Hasan al-Askari.

4 thoughts on “XXII. KRITIK TERHADAP TANDA-TANDA MUNCULNYA MAHDI

  1. budi says:

    SLM ngla dz zakiyah.. ikuT prihatin….

  2. bud says:

    SALAM nglasulTHonul auliya illah….

  3. amri sanjaya moehammad says:

    Mohon maaf dengan sangat. Bila kita telah MAMPU memahami (Din) perihal “apa/siapa” itu MAHDI….KIAMAT maka DIPASTIKAN kita akan Din juga perihal yang saudara paparkan.

    Kita juga Din perihal matahari terbit dari arah barat…dan lainnya.

    Kita juga PASTI Din perihal “mahdi …. dajal … keturunan hazrat isa .. ya’juj & ma’juj…kabut 40 hari …. kebakaran besar….musnahnya ka’bah….lenyabnya alquran….sangkakala.

    Intinya…
    semua itu adalah petunjuk DIA dalam BENTUK cerita. Yangmana kita WAJIB meng_KAJI_nya agar segala petunjuk-petunjuk DIA (termasuk paparan saudara) jelas adanya dan menjadi nyata BUKAN cuplikan cerita saja

    salam hangat

Leave a reply to amri sanjaya moehammad Cancel reply

Kategori Bahasan

File